Sejarah dan Silsilah Mbah Sambu/ Samboe Lasem Rembang
Sayid Abdurrahman Basayaiban atau yang lazim dikenal masyarakat dengan sebutan Mbah Sambu merupakan ulama yang kharismatik pada masanya di daerah Lasem Rembang Jawa Tengah.
Berikut silsilah dari mbah Sambu Lasem Rembang Jawa Tengah
Sayyid Abdurrachman al-Basyaiban alias Mbah Sambu (Lasem)
bin Sayyid Muhammad Hasyim.
bin Sayyid Abdurrachman al-Basyaiban
bin Sayyid Abdullah
bin Sayyid Umar.
bin Sayyid Muhammad
bin Sayyid Achmad
bin Sayyid Abubakar Basyaiban
bin Sayyid Muhammad Asy'adullah
bin Sayyid Hasan At-Taromi
bin Sayyid Ali
bin Sayyid Muhammad Al Fagih Muqoddam (makam di Hadramaut Yaman)
bin Sayyid Ali
bin Sayyid Muhammad Shohibi Mirbat (makam di Zafar, Hadramaut Yaman)
bin Sayyid Ali Khaliq Qosim (makam di Tarim, Hadramaut Yaman)
bin Sayyid Alwi (makam di Bait Jubair, Hadramaut)
bin Sayyid Muhammad (makam di Bait Jubair, Hadramaut)
bin Sayyid Alwi (makam di Samal, Hadramaut)
bin Sayyid Abdullah Ubaidillah (makam di Al-Ardli Burt Hadrai)
bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir (makam di Basra Tarim, Hadramaut Yaman)
bin Sayyid `Isa An-Naqib (makam di Basrah, Iraq)
bin Sayyid Muhammad An Nagib (makam di Basrah, Iraq)
bin Sayyid Ali Al -'Uraidi (makam di Madinah)
bin Sayyid Ja'far Ash-Shodiq (makam di Madinah)
bin Sayyid Muhammad Al-Bagier (makam di Madinah)
bin Sayyid Ali Zainal Abidin (makam di Madinah)
bin Sayyidina Husein
binti Fatimah Az-Zahroh RA, Isteri Sahabat Sayyidina Ali Al –Murtadlo RA (makam di Baqi’ Madinah, saudi Arabia)
bin Rosulullah Muhammad SAW (makam di Masjid Nabawi Madinah, Saudi Arabia)
Sampai saat ini belum diketemukan siapa istri mbah Sabil. Dari data tulisan tangan/prasasti mbah Kyai Ahmad Rowobayan, diketahui bahwa mbah Sabil mempunyai keturunan, 2 laki-laki dan 2 perempuan, diantaranya :
1) Kyai Saban
2) Nyai Samboe Lasem.
3) Moyo Kerti (Nyai Abdul Jabbar)
4) Kyai Abdurrokhim.
Dari anak pertama Kyai Saban, mbah Sabil menurunkan 4 cucu yaitu: Kyai Abdurrohman Klothok, Kyai Uju, Nyai Gedong, dan Kyai Wahid. Dari Kyai Uju inilah yang menurunkan mbah Kyai Ahmad Rowobayan, Kuncen, Padangan. Belakangan para cucu beliau menjadi tokoh penyebaran agama Islam di Desa Kuncen.
Sedangkan anak ke-dua yaitu Nyai Samboe Lasem. Tidak diketaui nama aslinya, yang jelas di panggil Samboe karena suaminya adalah: Kyai Samboe Lasem, Rembang atau yang disebut: Muhammad Syihabuddin dan lebih dikenal sebagai: Pangeran Syihabuddin Samboe Digda Diningrat.
Makam mbah Sambu dan istrinya berada di sebelah utara makam Adipati Tejokusumo I. Makam mbah Sambu dan istrinya berada dalam cungkup yang berdenah bulat dan beratap kubah yang seluruhnya terbuat dari bata merah berlepa.
Di makam Mbah Sambu Lasem, Rembang, Jawa tengah, terdapat prasasti marmer ukuran kecil dalam bahasa arab yang menyebutkan bahwa nama Mbah Sambu yang sebenarnya adalah Sayyid Abdurrahman bin Hasyim bin Sayyid Abdurrahman Basyaiban. Menantu mbah Sabil ini keturunan Sultan Hadiwijaya yang biasa dikenal dengan sebutan populernya “JAKA TINGKIR”. Seorang pemuda dari Tingkir, suatu desa yang terletak di tenggara Salatiga pada tahun 1568 M, putra dari Adipati Pengging Pangeran Handayaningrat/R. Kusen, sedangkan R. Kusen sendiri putra dari Harya Damar Adipati Palembang. Adipati Palembang ini putra Prabu Brawijaya Majapahit. Jaka Tingkir menjadi raja Pajang yang pertama dan terakhir dengan gelar Sultan Hadi Wijaya dan sukses meng-Islamkan daerah Pasuruan dan sekitarnya.
Karena kealimannya, beliau dinikahkan dengan putri Pangeran Trenggana, raja ke III di kerajaan Islam Demak. Maka lahirlah Pangeran Benawa yang selama hidupnya menjadi guru thoriqot dan menyepi di daerah Kudus, pernah sebentar menjadi Adipati Jipang-Panolan Cepu.
KH. Akhmad Shidiq merupakan salah satu dari keturunan Kyai Samboe Lasem, atau cucu langsung dari mbah Sabil, yang memimpin Pondok Pesantren “AS-SYIDDIQIYAH” Jember. Beliau pernah menjadi anggota DPR-RI disamping lama di jajaran Rois-Am PBNU Kramat Raya Jakarta.
Dari anak ke-tiga Moyo Kerti, yang diperisteri mbah Abdul Jabbar yang makamnya ada di Nglirip nJojogan Tuban, mbah Sabil menurunkan mbah Iskak Rengel yang haulnya diadakan setiap Jum’at setelah tanggal 20 dibulan As-Syura/Muharam. Mbah Iskak Rengel menurunkan mbah Sholeh Tsani, pemangku Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan, Bungah, Gresik. Ditengah pondok inilah setiap tahunnya diselenggarakan haul terbesar di Jawa Timur pada bulan Robiul Awal setelah tanggal 20 guna memperingati meninggalnya mbah Sholeh Tsani.
Putra ke-empat Mbah Sabil yaitu Kyai Abdurrakhim Kaliwuluh Sambeng, yang diambil menantu putra wayah R. Rakhmad/Sunan Ampel Gading Surabaya.
Mbah Sambu dikenal berjasa dalam meredam aksi perompak yang menimbulkan kekacauan yang berlarut-larui di pusat kota Lasem. Wilayah Lasem saat itu meliputi Sedayu Gresik, Tuban, Rembang, Pati sampai Jepara. Atas jasanya itu Mbah Sambu yang juga menantu Adipati Lasem diberi tanah perdikan meliputi lokasi Masjid Jami’ Lasem sekarang di Kec.Lasem sampai ke selatan di Kec.Pancur.
Mbah Sambu juga berhasil mengusir Kompeni VOC dari Rumah Gedong yang bermarkas di Kauman Desa Karang Turi. Setelah kosong dikuasai Mbah Sambu memberi kesempatan menempati sementara kepada warga termasuk yang berstatus Boro ( mencari kerja ) selama tidak mampu membeli rumah atau kontrak.
Sampai sekarang Rumah Gedong tua peninggalan abad 17 itu masih berdiri megah dan ditempati oleh beberapa kepala keluarga. Pemerintah seharusnya tanggap dengan menetapkannya sebagai bangunan cagar budaya.
Dengan penelusuran data , Mbah Sambu memiliki nama asli Sayyid Abdurrahman Basayaiban dan wafat 1671. Beliau ada riwayat, adalah putera Pangeran Benawa, putera dari Jaka Tingkir alias Sultan Hadiwijaya , Raja dari Kerajaan Pajang yang merupakan cikal bakal Kerajaan Mataram Islam. Menantu Sultan Trenggono Raja Kerajaan Islam Demak. (lemah)
MASJID JAMI' LASEM DAN MAKAM ADIPATI TEJOKUSUMO I
Masjid Jami' Lasem didirikan pada tahun 1588 dengan gaya arsitektur jawa kuno yang puncak joglonya terdapat terdapat makutapraba. latar belakang didirikan masjid jami' Lasem itu dulu selain untuk pusat keagamaan islam,juga karena pada masa itu Kadipaten Lasem melakukan pembangunan yang seperti arahan kerajaan mataram pada saat itu. yaitu :
- Melakukan pembangunan masjid sebagai pusat syiar agama islam.
- Membangun pasar sebagai pusat perekonomian (pasar kawak, sumurkepel sumber girang)
- Membangun Alon2 sebagai pusat kegiatan, dulu ditandai dengan pohon ringin yg besar & rindang (skrg jdi Ruko2 / toko2)
- pusat pemerintahan (kadipaten) yang berdekatan dgn itu (cologowok soditan)
semuanya itu pada masa adipati Tejakusuma I dan seorang ulama yaitu Sayyid Abdurahman.
R.M. Tejakusuma adalah trah asli keturunan Lasem yaitu anak dari Pangeran Santiwira bin Pangeran Kusumabadra bin Santipuspa (kakak Sunan Kalijaga) & jika ditarik keatas terus maka sampai trah majapahit dari dewi indu. R.M Tejakusuma I mempunyai nama lain Kyai Ageng Punggur dan Raden Bagus Srimpet. karena kebijaksaan, keceradasan & keilmuannya, Beliu juga diambil menantu oleh Sultan Pajang yaitu Sultan Hadiwijaya (Jaka Tingkir). R. M Tejakusuma I wafatpada usia 77 tahun dan di makam kan di sebelah barat masjid jami' Lasem.
makam tejakusuma mbah srimpet ki ageng punggur lasem sarkub
Sayyid Abdurahman adalah walinegara (Guru Agama Islam) di Lasem yang di ambil dari Tuban. beliau adalah keturunan Sunan Pwa Lang dari Tuban, yang dipanggil di Lasem oleh R.M Tejakusuma untuk diangkat sebagai Walinegara Kadipaten Lasem dan juga diambil sebagai menantu. beliu mempunyai juga mempunyai nama lain Syech Maulana Sam Bwa Asmarakandhi atau biasa dikenal Mbah Sambu. dari Sayyid Abdurahman terlahir ulama2 besar yang ada seluruh penjuru di jawa. Beliu meninggal di Lasem dan di makamkan di sebelah utara Masjid Jami' LASEM.
Berkat jasa adipati R.M Tejakusuma I (MBah Srimpet) dan juga Walinagara Sayyid Abdurahman (MBah Sambu) inilah LASEM bisa mempunyai sebuah masjid untuk tempat beribadah agama islam di Lasem hingga bisa bertahan sampai saat ini.
Adipati Tejokusumo I sebagai Bupati Lasem dari generasi ke-empat setelah Bupati Santi Puspo, pada tahun 1585 dan menempatkan pusat kekuasaannya di Soditan. Tiga tahun setelah menjadi adipati, dengan membangun Masjid Jami' Lasem tahun 1588 berada di sebelah barat alun-alun. HIngga kini masjid ini masih megah setelah mengalami pemugaran-pemugaran. Adipati Tejokusumo meninggal pada tahun 1632.
Untuk selanjutnya, karena jabatan adipati di Lasem kosong maka Sultan Agung dari Mataram mengangkat Cik Go Ing sebagai adipati dengan gelar Tumenggung Mertoguno. Setelah meninggal, Adipati Tejokusumo I dimakamkan disebelah barat Masjid Jami' Lasem yang sekarang terletak di dusun Kauman, desa Karangturi, kecamatan Lasem. Disebelah barat laut masjid juga terdapat sebuah makam yang oleh masyarakat setempat disebut dengan nama makam Mbah Sambu yang dikatakan merupakan seorang Cina yang menyebarkan agama islam di derah ini pada masa Tejokusumo I. Makam Tejokusumo I terletak di sebuah halaman yang dikelilingi oleh tembok bata.
Di dalam areal tembok bata tersebut terdapat tiga makam yang berderet dari barat ke timur. Makam Adipati Tejokusumo I terletak di bagian paling barat. Dua makam lainnya tidak dikenal hingga kini. Jirat makam Tejokusumo I terbuat dari batu bata yang disusun secara bertumpuk semakin ke atas semakin mengecil. Pada setiap sudut dan bagian tengah dari masing-masing sisi jirat terdapat hiasan dengan motif simbar.
Adapun nisan pada makam ini terbuat dari batu andesit yang dibentuk kurawal dengan hiasan medalion pada bagian tengah. Adapun makam Mbah Sambu dan istrinya yang berada di sebelah utara makam Adipati Tejokusumo I. Makam Mbah sambu dan istrinya berada di dalam cungkup yang berdenah bulat dan beratap kubah yang seluruhnya terbuat dari bata merah berlepa. Kemungkinan besar makam ini sudah dipugar. Di sebelah utara masjid terdapat bangunan terbuka yang terdapat makam-makam yang tidak dikenali identitasnya. Dengan melihat pada nisan-nisannya, tampak dengan jelas bahwa kompleks kuburan ini juga sudah cukup tua. Nisan-nisan yang bisa dilihat di situ sebagian terbuat dari batu andesit dengan bentuk kurawal dan gada.
Berkat jasa adipati R.M Tejakusuma I (Mbah Srimpet) dan juga Walinagara Sayyid Abdurahman (Mbah Sambu) inilah Lasem bisa mempunyai sebuah masjid untuk tempat beribadah agama islam di Lasem hingga bisa bertahan sampai saat ini.
Menurut cerita Takmir Masjid, makam ini selalu "ingin terbuka". Pernah suatu ketika takmir masjid periode dulu pernah membuat cungkup (atap) dari bahan kayu dan genteng namun akhirnya cungkup itu terbakar. Daun pohon Keben yg menaungi makam ini sekarang, juga layu. Bahkan dulu ada burung melintas di atas makam lalu jatuh terkapar.
Tidak banyak peziarah yg mampir di makam ini, meski berada persis di depan ruang istirahat rombongan peziarah. Sebab yg biasa diziarahi di kompleks Masjid Jami' Lasem adalah makam Mbah Sambu (Sayyid Abdurrahman Basyaiban), Mbah Ma'shum dan Mbah Ahmad Thoifur.
Padahal, energi dari makam ini, menurut takmir masjid, sangat luar biasa. Pengunjung yang sering berziarah di sini malah kebanyakan dari luar pulau Jawa, dan air yang ada di makam ini (genangan di pusara makam), sering diambil oleh para peziarah untuk tabarrukan.
source: https://sites.google.com/site/pustakapejaten/manaqib-biografi/7ulama-nusantara/mbah-sambu-lasem